FGD bersama Wahid Foundation mengenai Penguatan Kapasitas Petani yang tangguh terhadap perubahan Iklim

10 Januari 2025
M. SANDI BAGUS PRAYOGO
Dibaca 8 Kali
FGD bersama Wahid Foundation mengenai Penguatan Kapasitas Petani yang tangguh terhadap perubahan Iklim

Pada tanggal 17 Januari 2025, sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Wahid Foundation digelar di Desa Barurejo. FGD ini bertujuan untuk membahas upaya penguatan kapasitas petani dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin intensif. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 20 peserta yang terdiri dari Kepala Desa (Kades), Sekretaris Desa (Sekdes), Kepala Dusun (Kadus), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), serta komunitas perempuan di desa setempat.

Latar Belakang

Perubahan iklim yang terjadi secara global memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor pertanian, terutama bagi petani yang sebagian besar bergantung pada kondisi cuaca yang stabil. Desa Barurejo, yang mayoritas warganya bekerja sebagai petani, merasakan langsung perubahan pola musim yang mengganggu produktivitas pertanian mereka. Hujan yang tidak menentu, suhu yang ekstrem, dan bencana alam seperti kekeringan atau banjir semakin sering terjadi. Untuk itu, penguatan kapasitas petani agar lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim menjadi sangat penting.

Tujuan FGD

FGD ini bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan Pemahaman tentang Perubahan Iklim: Memberikan informasi yang lebih mendalam kepada para pemangku kepentingan di desa Barurejo mengenai dampak perubahan iklim terhadap pertanian.
  2. Identifikasi Solusi Lokal: Mendorong terciptanya solusi-solusi lokal yang relevan dengan kondisi setempat untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.
  3. Penguatan Kerja Sama: Mempererat kerja sama antara pemerintah desa, kelompok tani, BUMDes, dan komunitas perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
  4. Peningkatan Kapasitas Petani: Memberikan pelatihan dan pemahaman agar petani mampu menerapkan teknik pertanian yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.

Pembahasan Utama

FGD dimulai dengan pemaparan oleh perwakilan Wahid Foundation yang menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian, serta tantangan yang dihadapi oleh petani di Indonesia, khususnya di wilayah desa Barurejo. Para peserta FGD kemudian diajak untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait kesulitan yang mereka hadapi dalam bertani, seperti penurunan hasil panen, keterbatasan akses terhadap teknologi pertanian yang ramah lingkungan, dan kurangnya informasi mengenai prediksi cuaca.

Salah satu topik penting yang dibahas adalah penerapan teknik pertanian yang ramah iklim. Para petani disarankan untuk menggunakan varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem, seperti varietas padi yang tahan kekeringan atau tanaman yang dapat bertahan di lahan yang terendam air. Selain itu, pentingnya pengelolaan air secara efisien dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan juga ditekankan dalam diskusi.

Kehadiran komunitas perempuan dalam FGD ini juga memberikan perspektif baru. Perempuan di desa Barurejo memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya alam dan pengambilan keputusan terkait pertanian di tingkat keluarga. Dalam diskusi, mereka mengusulkan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam sektor pertanian yang berbasis pada ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.

Solusi yang Ditetapkan

Beberapa solusi yang disepakati dalam FGD ini antara lain:

  1. Pelatihan dan Edukasi Berkelanjutan: Mengadakan pelatihan berkala mengenai pertanian ramah iklim, penggunaan teknologi pertanian yang tepat guna, serta cara membaca dan memahami prediksi cuaca.
  2. Pemberdayaan Perempuan dalam Pertanian: Menumbuhkan peran aktif perempuan dalam pengelolaan pertanian, serta memberi mereka akses terhadap pelatihan dan sumber daya yang dibutuhkan.
  3. Penguatan Infrastruktur Pertanian: Meningkatkan akses petani terhadap irigasi yang lebih efisien dan teknologi pengelolaan sumber daya alam, seperti sistem pengairan tetes dan konservasi tanah.
  4. Kolaborasi Antar Stakeholder: Memperkuat hubungan antara pemerintah desa, kelompok tani, BUMDes, dan lembaga non-pemerintah seperti Wahid Foundation untuk mendukung inisiatif pertanian berkelanjutan.

Penutup

FGD ini diakhiri dengan kesepakatan bahwa penguatan kapasitas petani di Barurejo, terutama dalam menghadapi perubahan iklim, memerlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait. Melalui edukasi yang berkelanjutan, penerapan teknologi yang ramah lingkungan, serta pemberdayaan perempuan, diharapkan desa Barurejo dapat menjadi contoh keberhasilan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim di sektor pertanian.

Kegiatan ini menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa petani di Barurejo dan desa-desa sekitarnya tidak hanya bertahan, tetapi juga dapat berkembang dan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan iklim yang terjadi.